Masih kah Belum Yakin, Fase Keempat Jelang Kiamat?

0
453

Trabas.co – Belum sebulan lalu, saya berdiskusi dengan sejumlah pengurus Mushala di pemukiman kami soal Aksi Cepat Tanggap (ACT). Saya sampaikan ke kawan-kawan bahwa ACT sedang dibidik? Kenapa? Pasalnya dalam beberapa tahun terakhir ACT gencar melakukan aksi sosial di setiap bencana di Tanah Air dan di Palestina seerta sejumlah negara lainnya. Ini jelas membahayakan dan merugikakan kepentingan Yahudi yang ingin menghancurkan Palestina serta kepentingan musuh Islam lainnya.

Lalu bagaimana di Tanah Air? Juga banyak kepentingan kompetitor yang terusik dan terganggu. Kan masih ingat dengan FPI yang selalu sigap dalam membantu korban bencana. Banyak pihak yang merasa kalah populer dan program mereka terhambat, khususnya dalam memisahkan Islam dengan umatnya. Target mereka agar umat Islam membenci organisasi-organisasi Islam.

Saya juga bilang kepada kawan-kawan pengurus Mushola, masih ingat pengurus Lembaga Amil Zakat (LAZ) Baitul Maal (BM) Abdurahman bin Auf (ABA) yang ditangkapi karena dituduh terkait dengan Jamaah Islamiyah (JI) dan mendanai teroris. Saya menduga bisa saja ada transferan dana dari BM ABA ke jaringan teroris. Tapi itu dilakukan oleh oknum yang memang sengaja disusupkan ke dalam LAZ BM tersebut agar ada alasan untuk memberangusnya.

Lalu bagaimana dengan ACT? Dipanggil pun belum pengurusnya oleh Kemensos. Apalagi mau diaudit jika ada penyimpangan atau diusut oleh pihak berwajib jika ada pelanggaran pidana dan divonis bersalah oleh pengadilan. Tetapi izinnya untuk menghimpun dana langsung dibekukan Kemensos alias nyawanya dicabut. Bagi warga yang melek hukum, tentu akan bertanya, “Ini pemerintahan apa namanya?” Pemerintahan sistem kerajaan saja mungkin tidak sekejam dan se-zholim ini.

Tapi kita tidak bisa berbuat banyak. Maklum di tengah pemerintahan otoriter, semuanya dilakukan rezim penguasa terhadap yang dianggap musuh atau berseberangan. Bisa juga ada tumpangan lain, untuk mengalihkan perhatian publik guna menutupi kasus-kasus lain yang melibatkan penguasa. Atau yang hampir dipastikan, ini balas dendam ketika Holywings heboh dan akhirnya ditutup kaki tangan kepentingan jin—iblis berkolaborasi dengan setan. Yang namanya jin-iblis-setan pasti mengamuk ketika kepentingannya terganggu.

Hanya yang disayangkan, pengurus dan pengelola ACT terbuai dengan tingginya kepercayaan umat menitipkan sedekah, donasi dan zakatnya kepada mereka. Mereka terlambat sadar bahwa kita berada di negara yang dikendalikan oleh oligarki yang berkolaborasi dengan para munafik dan kafirun yang tidak bisa tidur jika Islam jaya.

Apa pun akan mereka lakukan agar citra Islam hancur di mata publik. Tidak peduli, halal, haram semuanya hantam. Yang penting tujuan tercapai. Salah benar urusan belakangan. Yang penting gebuk dulu. Ingat media-media mainstream punya mereka semua sehingga dengan mudah membentuk opini guna menyudutkan target.

Kita umat sudah mafhum dengan rekomendasi Cheryl Bernard yang merupakan peneliti dari Rand Corporation– lembaga think-tank dan konsultan militer Amerika Serikat, yang dituangkan dalam dokumen penting ”Civil Democratic Islam: Partners, Resources, And Strategy”.

Cheryl Bernard menyarankan beberapa hal, di antaranya:

PERTAMA, “encouraging journalists to investigate issues of corruption, hypocrisy, and immorality”
Media didorong untuk mempublikasikan secara massif tentang kesalahan dan kelemahan para “tokoh atau orang yang mengelola pesantren dan lembaga” seperti korupsinya, kemunafikannya dan tindakan-tindakan tidak bermoral lainnya pelecehan seksual, pemerkosaan dan penyalahgunaan dana. Tujuannya adalah memutus mata rantai kepercayaannya masyarakat terhadap simbol pendidikan Islam yaitu pesantren dan lembaga kemanusiaan Islam.

KEDUA, ”exposing their relationships with illegal groups and activities.”
Munculkan ke tengah-tengah publik untuk mengaitkan “tokoh atau pengelola lembaga” dengan kelompok yang dicap teroris, radikal dan ekstrimis. Dengan tujuan agar masyarakat menjauhi lembaga tersebut dan menjadi waspada untuk menyumbangkan dananya.

Makanya, mari kita jadikan kasus ACT sebagai introspeksi diri. Terutama para pengurus dan pengelola yayasan yang menghimpun dana umat. Waspadai orang-orang baru yang masuk menjadi pengelola atau pihak-pihak yang berusaha mengadu-domba pengurus. Transparan lah dalam hal keuangan. Lakukan audit oleh akuntan publik dan umumkan ke publik secara berkala.

Untuk biaya operasional dan gaji pengelola, berlaku bijaklah. Ikuti aturan yayasan, walaupun banyak yayasan lain yang melanggar dan tidak ada teguran apalagi tindakan. Bisa jadi itu mereka lakukan untuk memancing agar kita ikut melanggar! Jangan jadikan dana umat untuk bermewah-mewah. Toh dari awal niatnya untuk membantu umat maka berdiri lah tegak lurus. Jika mau bermewah-mewah, silakan buka usaha sendiri dan bekerja di perusahaan multinasiona/asing.

Sebab bisa jadi, biaya operasional ACT yang melebihi dari 10% (jika benar) ada pihak-pihak yang disusupkan agar mendorong pengelola melakukannya. Apalagi yang namanya manusia, paling sulit dan berat melawan hawa nafsu.

Rasulullah sepulang dari Perang Badar mengingatkan sahabat-sahabatnya bahwa akan ada perang yang lebih besar dan hebat dari Perang Badar yang sulit dimenangkan. Salah seorang sahabat bertanya, “Perang apa ya Rasul?” Rasul pun menjawab, “Perang melawan hawa nafsu.”

Sekarang nasi sudah menjadi bubur, tidak mungkin menjadi nasi kembali, apalagi menjadi beras. Makanya sekali lagi umat harus waspada, kita berada di fase keempat dari lima fase menjelang kiamat yakni di bawah pemerintahan yang zholim dan kejam kepada rakyatnya, terutama umat Islam.

Dalam buku “Ensiklopedi Akhir Zaman”, Dr Muhammad Ahmad Al-Mubayyadh menjabarkan kelima fase itu sebagai berikut: (1). Fase Kenabian; (2). Fase Khilafah Ala Minhajin Nubuwah atau Khilafah sesuai Metode Nabi; (3) Fase Mulkan Adhon, (4) Fase Mulkan Jabriyan atau Fase Kediktatoran; (5) Fase Khilafah Alaminhajin Nubuwah Kedua.

(Syafnijal Datuk/Pemred)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here