“Petak Umpet” 3 Periode

0
484

Trabas.co – Belum terbayang bagaimana sejarawan nantinya menuliskan narasi sejarah Indonesia di bawah kekuasaan Jokowi. Pasalnya, jika sejarah ditulis objektif, faktual, realistis dan netral, bagaimana siswa atau mahasiswa Indonesia pada saat 100 tahun Indonesia merdeka yakni tahun 2045 memahaminya. Apa pasal?

Tiga tahun sebelum berakhir masa jabatan periode kedua Jokowi yakni mulai akhir tahun 2021 muncul wacana perpanjangan masa jabatan presiden atau penundaan Pemilu yang sebelumnya sudah ditetapkan tahun 2024. Yang tragisnya, gagasan, ide atau keinginan untuk memperpanjang masa jabatan presiden muncul dari istana, melalui berbagai manuver, trik dan cara yang semuanya merupakan ambisi melanggengkan kekuasaan.

Mulai dari “membeli” lembaga-lembaga survei dengan mempublikasikan hasil survei yang mengklaim sekitar 78 persen rakyat puas dengan kepemimpinan Jokowi-Ma’ruf Amin. Mereka duga ketika hasil survei odong-odong itu dirilis dan disertai sejumlah pimpinan parpol mendukung penundaan Pemilu, maka rakyat akan mengaminya. Padahal setolol-tololnya rakyat tidak bisa dengan begitu mudah dibodoh-bodohi.

Sebab kenyataan di lapangan, dari Sabang sampai Meraoke, rakyat menjerit kesulitan mendapatkan minyak goreng, perajin tempe-tahu sampai mogok karena harga kedelai mahal, lantas disusul harga daging sapi melonjak. Bahkan terakhir rakyat kembali dibuat susah karena pemerintah menaikan harga gas elpiji nonsubsidi disusul kelangkaan solar dan pertalite seiring kenaikan harga pertamax. Bahkan belum cukup di situ, pemerintah yang klaimnya “memuaskan rakyat” akan menaikan harga elpiji subsidi dan pertalite agar rakyat makin “puas” dalam kesulitan dan kesengsaraannya.

Sudah lah begitu, manuver perpanjangan masa jabatan presiden terus bergerak bak jurus dewa mabuk. Seakan Indonesia bakal tenggelam jika tidak dipimpin Jokowi. Muncul Menkorinvest Luhut Binsar Panjaitan yang tadinya di belakang layar maju ke gelanggang dengan menambah bualan baru, konon 110 juta pengguna medsos rakyat Indonesia setuju Pemilu ditunda. Lalu kabarnya, tim lobi juga mereka sebar ke Senayan. Bagi anggota Dewan yang mau mendukung amandemen UUD guna merevisi masa jabatan presiden yang dua kali masa jabatan sudah dijanjikan DP—apalagi jika bukan cuan.

Pada saat-saat berbagai “manuver gila” yang mereka lakukan hampir gol alias selangkah lagi sidang istimewa MPR untuk mengamandemen UUD, mahasiswa yang tadinya tidur di tengah berbagai kesengsaraan rakyat, mulai terbangun. Sebab tidak terbayangkan bagaimana sengsaranya rakyat jika “rezim” ini diperpanjang lagi.

Mahasiswa didukung berbagai elemen yang cinta rakyat turun ke jalan menolak perpanjangan jabatan presiden/penundaan pemilu. Bahkan tuntutan mengarah kepada desakan mundur Jokowi. Baru beberapa kali demo sesi pemanasan di Jakarta dan berbagai daerah, Jokowi memainkan strategi “petak umpet”.

Pada sebuah sidang kabinet, dengan gaya dan nada marah ala Jokowi (terkesan cuci tangan), ia memarahi sejumlah menteri yang yang tidak berempati kepada rakyat, termasuk para menteri yang berjibaku untuk memperpanjang masa jabatannya. Ia melarang para menteri bicara soal penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden.

Karena mahasiswa sudah paham dan mafhum– bahwa jika Jokowi melarang, itu artinya sebaliknya– maka mahasiswa merancang demo besar-besaran pada Senin tanggal 11 April 2022. Bahkan sebagian besar kampus di daerah juga berencana ikut turun ke jalan. Dua hari sebelum pelaksanaan demo, Jokowi muncul ke publik menegaskan pemilu akan digelar tahun 2024.

Tetapi para mahasiswa, baik di Jakarta maupun di daerah-daerah tidak bergeming dengan gaya petak umpet Jokowi. Karena mereka sudah paham, ketika mahasiswa dan rakyat diam mereka akan terus gencar melakukan manuver. Lalu ketika tekanan dari mahasiswa, rakyat dan elemen pendukung konstitusi menguat, maka Jokowi dan timnya bertahan sambil menjalankan strategi baru. Salah satunya melalui BLT minyak goreng, subsidi upah pekerja sehingga diharapkan rakyat dan pekerja penerima ‘gula-gula’ ini mendukung Jokowi meneruskan syahwat berkuasanya.

Memang ada pihak-pihak yang “menggonggong” akan membubarkan ribuan bahkan mungkin ratusan ribu para mahasiswa yang melakukan demo di seantero Tanah Air pada Senin 11 April kemarin. Tapi hingga demo akbar tersebut bubar, tidak satupun pendukung Jokowi yang menampakkan batang hidupnya, alias mereka hanya berani gertak sambal doang di media. Sebab jika sampai ada pihak-pihak pembela rezim yang menghalangi mahasiswa, jutaan rakyat dari berbagai penjuru Tanah Air siap turun membela para mahasiswa.

Toh 77 silam atau tahun 1945 lalu, tentara Sekutu yang merupakan pemenang dua kali Perang Dunia dibuat hengkang oleh para pejuang pemuda dan rakyat Indonesia. Dan kita tahu bahwa dua kali Perang Dunia tidak satu pun jenderal Sekutu yang tewas di medan perang. Tetapi pada pertempuran tanggal 10 November di Surabaya, Jenderal Malaby, pimpinan tentara Sekutu meregang nyawa di tangan para pejuang kita.

Apalagi sekarang, kondisi psikologis rakyat sudah benar-benar berada di puncak kemarahannya. Ekonomi merosot tajam setelah dua tahun dihantam pandemi Covid-19, diperparah pula oleh berbagai kesulitan yang disebabkan kebijakan rezim yang tidak pro rakyat.

Bahkan bagi rakyat yang mau pulang kampung saja—karena sudah dua tahun dilarang pemerintah—masih dipersulit dengan mengharuskan divaksin boster. Belum lagi kesulitan atau kelangkaan BBM yang hingga kini tidak berujung. Sedikit saja ada yang memicu bisa jadi darah rakyat akan menggelegak. Apalagi situasinya dalam bulan puasa Ramadhan sehingga wajib hukumnya memperjuangkan dan menegakkan keadilan yang tidak dirasakan rakyat.

Jadi singkat kata, rakyat jangan terbuai dengan gaya petak umpetnya Jokowi dalam memperjuangkan perpanjangan masa jabatannya. Kalau memang, Jokowi taat konstitusi maka dari awal tidak akan muncul manuver perpanjangan masa jabatan yang dilakukan para pembantunya —seperti SBY di ujung masa pemerintahannya. Ini kan tidak, setelah terdesak, baru tarik ulur sambil menjalankan strategi baru. “Pura-pura mati ular” sambil mengamati musuh/lawan. Jika lawan lengah maka disikat lagi.

Karena itu rakyat dan mahasiswa yang sudah muak dengan kondisi sulit ini, jangan lengah sedikit pun. Sebab sudah hampir pasti perjuangan mahasiswa membela konstitusi akan mereka gembosi dengan berbagai cara tipu daya, mulai dari menyogok hingga mengancam. Seperti info yang berkembang ada rektor perguruan tinggi negeri yang menganam mahasiswa agar ikut demo. Akibatnya pada demo akbar tanggal 11 April kemarin, bisa dicek mahasiswa dari kampus mana saja yang tidak turun ke jalan.

Bagi mahasiswa dan rakyat, yang penting adalah memperjuangkan nasib rakyat yang sengsara dan kelaparan. Apakah perjuangan berhasil atau tidak, serahkan kepada Allah SWT. Belajar dari perjuangan Rasulullah menegakkan Islam 15 abad yang lalu. Jika niatnya tulus dan ikhlas maka Allah akan meng-ijabahnya. (Syafnijal Datuk/Pemred)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here